Sejujurnya, aku juga tidak begitu ingat nama si teman imajinasi ini hahahaha. Yang aku ingat, kami punya adik kembar, jadi satu sama aku, satu sama Ara. Serta dua ekor anjing, kembali lagi, kami masing-masing memiliki satu. Kemanapun kami pergi, mereka akan ikut serta. Dan tidak tanggung-tanggung, jika naik ojek (jaman dulu ga ada gojek ya bu, apalagi grab), tangan kami akan mengarah ke belakang dengan telapak mengepal, seakan memegang tali si anjing. Tidak jarang kami akan memberi semangat, “ayo! lari lebih kencang, kamu pasti bisa!”
Mungkin bapak ojek kasian juga ya sama ibuku, anaknya dua gila semua hahahaha.
Hal tersebut berlangsung selama beberapa bulan. Padahal ya kami bisa-bisa aja main berdua, entah dari mana ide untuk memiliki adik kembar imajinasi itu muncul.
Lambat laun kami menginjak masa remaja, bukan lagi dongeng-dongeng imajinatif yang mengisi hari-hari kami. Ada kisah lain yang lebih seru, kisah-kisah tersebut adalah…..